Aliansi.co, Bengkulu- Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin meninjau peluncuran Posyandu Rukun, di Kota Bengkulu, Kamis (4/5/2023).
Kedatangan Ma’ruf Amin dan rombongan langsung disambut oleh Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dan jajarannya.
Rohidin pun melaporkan ke Ma’ruf Amin soal naik turunnya prevalensi stunting di Provinsi Bengkulu.
Sejak tahun 2021 hingga 2022, kata dia, kasus stunting mengalami penurunan sebesar 2,3 poin
Dari 10 Kabupaten/Kota di Bengkulu, lanjut Rohidin, terdapat 5 kabupaten prevalensi stunting yang mengalami kenaikan.
Antara lain Kabupaten Kepahiang, Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Mukomuko, dan Kaur.
Sedangkan 5 Kabupaten/Kota lainnya mengalami penurunan, yaitu Kabupaten Seluma, Bengkulu Tengah, Rejang Lebong, Lebong, dan Kota Bengkulu.
“Terdapat 2 kabupaten/kota yang sudah mempunyai prevalensi stunting di bawah 14%, yaitu Kota Bengkulu 12,9% dan Kabupaten Kaur 12,4%,” kata dia kepada Wapres.
Kemudian Wapres juga menerima laporan dari Wakil Walikota Bengkulu Dedy Wahyudi selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Bengkulu.
“Prevalensi stunting di Kota Bengkulu ini turun dari 22,2% di tahun 2021 menjadi 12,9% tahun 2022 atau mengalami penurunan 9,3%,” ujar Dedy.
Ia menambahkan, dari beberapa intervensi yang dilakukan Kota Bengkulu dalam penanganan stunting, di antaranya melalui program Bapak Asuh Stunting (BAAS).
“Tujuan program BAAS ini meningkatkan gizi anak yang mempunyai masalah dalam tumbuh kembang,” ujar Dedy.
Dedy menambahkan, hal lain yang dilakukan dalam penanganan stunting di Kota Bengkulu ini, yaitu melalui penanganan lintas sektor, diantaranya penanganan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan peningkatan gizi serta pemberian makanan tambahan yang bekerjasama dengan Baznas.
Mendengar laporan tersebut, Ma’ruf Amin memberikan apresiasi atas penurunan stunting di Kota Bengkulu.
Dia meminta agar Pemprov Bengkulu terus meningkatkan perhatiannya secara khusus dalam penanganan stunting.
Selain itu, Ma’ruf Amin juga Pemprov Bengkulu memperhatikan konsumsi protein hewani bagi ibu hamil dan balita serta terus memperbaiki kualitas data.
“Perbaikan kualitas data dan pemanfaatan SPBE sebagai alat monitoring dan evaluasi,” kata dia.