Aliansi.co, Jakarta- Anggota Komisi VI DPR RI Endro Suswantoro Yahman merasa khawatir dengan rencana PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) yang akan mengimpor kereta bekas dari Jepang.
Dia menilai rencana pengadaan kereta untuk mengganti 10 rangkaian KRL yang sudah tua, tidak akan terjadi jika PT KCI memiliki rencana bisnis yang baik.
Sehingga, Endro menekankan agar pengadaan barang impor kereta bekas tidak dijadikan kebiasaan oleh pemerintah.
“Perlu ada business plan yang lebih baik lagi sehingga apa-apa bisa ditanggulangi atau diproduksi sendiri, karena ini menyangkut teknologi tinggi dan padat modal. Ini perlu perencanaan yang baik,” ujar Endro saat rapat dengan pejabat PT KCI, di Gedung DPR Senayan, dalam keterangannya yang diterima (28/3/2023).
Selain PT KCI, dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI di Gedung Nusantara I DPR RI pada Senin (27/3/2023), turut hadir pejabat PT KAI dan INKA.
Lebih lanjut, Endro mengatakan Indonesia perlu melakukan rekonstruksi ulang bisnis industri kereta api yang ada.
Sebab, Indonesia sendiri melalui PT INKA dinilai memiliki industri manufaktur sarana kereta api terbesar dan terbaik di Asia Tenggara.
“Nampaknya perlu rekonstruksi ulang tentang bisnis industri kereta api yang ada. Ini harus mengacu pada PP Nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional, dan ini kami memahami menteri perindustrian pun keberatan untuk impor. Kalau ini keterusan, terus ini kapan selesainya?” tanya Endro.
Menurut Endro, sebenarnya tidak sulit bagi Indonesia untuk bisa mandiri dengan memproduksi kereta api sendiri.
Utamanya, jika ada sinergi antar BUMN untuk bisa menciptakan kereta api sendiri.
“INKA ini kan tidak semuanya produksi INKA, sinyal ada di PT LEN, terus rem di Pindad, kan enak sekali kerja sama antara BUMN, terus bogie nya di PT Barata, baja dari Krakatau Steel. Ini tinggal sebenarnya INKA ini industri perakitan, barangnya kan udah ada,” jelas politisi PDI-Perjuangan ini.
Selain itu, terhadap rencana impor kereta bekas tersebut, kata dia, KCI perlu memeriksa secara teknis kereta tersebut.
“Jangan sampai nanti kita terjebak membeli barang rongsokan. Ini harus jelas. Betul kereta itu masih beroperasi di Jepang, tapi sudah berapa lama umurnya, saya minta running test-nya ini betul-betul dijalankan,” pesannya.