Perseroan melakukan pemanfaatan bijih kadar rendah (low grade) dengan melakukan optimalisasi cut off grade sehingga bijih kadar rendah yang sebelumnya dianggap waste dapat diolah dan dipasarkan.
Ruddy menambahkan, pada tahun 2023, perseroan akan fokus untuk meningkatkan produksi nikel dari sebelumnya sebesar 2,1 juta ton menjadi sebesar 2,6 juta ton.
Perusahaan juga sudah memperoleh persetujuan RKAB dari ESDM untuk rencana peningkatan produksi.
Fokus NICL ke depannya akan menambah cadangan nikel baik melalui optimalisasikan dari di wilayah IUP Perseroan di Morowali maupun wilayah IUP anak perusahaan di Konawe.
“Selain itu, kami juga akan mencari peluang IUP baru baik secara organik maupun anorganik untuk mendukung rencana perusahaan,”
Dari sisi neraca, total aset NICL tercatat tumbuh sebesar 44% dari Rp 417 miliar menjadi sebesar Rp 600 miliar pada tahun 2022.
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh peningkatan ekuitas sebesar 43% dari sebesar Rp 347 miliar menjadi sebesar Rp 497 miliar.
Sedangkan dari sisi utang, perseroan tidak membukukan peningkatan utang kepada pihak ketiga yang signifikan dan tidak memiiliki utang bank.