Saat memasuki mobil Hyundai berkelir hitam berpelat B 1917 TJQ itu, Firli ngumpet dari kejaran awak media dengan menutupi wajahnya dengan tas.
“Saya sadar rekan-rekan menunggu. Dengan kesadaran bahwa saya adalah pejabat publik tapi saya juga manusia terkadang saya butuh waktu untuk jeda, terutama di situasi yang saya anggap abnormal yang tidak bisa saya jelaskan saat itu,” ungkap Firli.
Apalagi, saat itu Firli mengaku tidak tidur menjelang pemeriksaan tersebut.
Ia mengklaim saat itu ikut memantau operasi tangkap tangan (OTT) Kepala Kejaksaan dan Kepala Seksi Pidana Khusus Kejari Bondowoso.
Usai OTT itu, kata dia, beberapa pejabat Kejagung telah menunggunya di KPK untuk bertemu.
“Saya kembali ke kantor untuk bertemu rekan sejawat itu, sesama aparat penegak hukum,” ungkapnya.
Satu sisi, Firli juga menampik melakukan pemerasan atau menerima suap dari pihak manapun, termasuk dalam penanganan kasus korupsi di Kementan.
“Saya menyatakan di setiap kesempatan bahwa saya tidak pernah melakukan pemerasan kepada siapapun dan saya juga tidak pernah terlibat terkait dengan suap menyuap dan siapapun,” ujarnya.