Sarjiya menceritakan kedua orang tuanya tidak memiliki kemampuan baca dan tulis karena tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah.
Meski begitu, keduanya tetap gigih menyekolahkan dirinya meski keputusan itu harus mengorbankan pendidikan adik perempuannya.
“Secara khusus saya mohon maaf kepada adikku, Suparsih, yang waktu itu terpaksa tidak bisa melanjutkan ke bangku SMA, meskipun dengan nilai ujian SMP yang sangat baik, karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan untuk membiayai sekolah kita berdua secara bersamaan,” katanya.
“Semoga pengorbanan kakak-kakak dan adikku mendapatkan imbalan kebaikan yang lebih banyak dari Tuhan Yang Maha Esa,” sambungnya.
Usai menyampaikan pidato, Sarjiya langsung mendatangi sang ibunda sambil bersujud.
Anak keempat dari lima bersaudara ini memeluk ibundanya dengan erat.
Selanjutnya ia menyalami empat saudari perempuannya.
Sayang, sang Ayah tidak hadir di momen pengukuhan dirinya karena sudah berpulang.
“Maturnuwun Bu,” kata Sarjiya terbata-bata.