Aliansi.co, Jakarta-Isu dugaan Taman Langsat telah berubah menjadi tempat mesum perlu diuji secara kritis, objektif, dan bebas dari emosi.
Tanpa adanya laporan resmi maupun fakta yang dapat diverifikasi secara sah, tuduhan tersebut berpotensi merusak kepercayaan publik terhadap kebijakan yang sebenarnya ditujukan untuk kepentingan bersama.
Hal ini ditegaskan Pengamat Kebijakan Publik Sugiyanto setelah dirinya menemukan beberapa fakta saat mengunjungi Taman Langsat, pada Jumat (13/6/2025) malam.
“Saya terkejut dengan pemberitaan yang beredar terkait dugaan bahwa Taman Langsat di Jakarta Selatan dijadikan tempat mesum,” kata Sugiyanto dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (14/6/2026).
“Setelah membacanya saya berpikir kemungkinan akan muncul opini negatif di masyarakat terhadap kebijakan Gubernur Pramono Anung di Pemprov DKI Jakarta,” lanjutnya.
Menurutnya, pemberitaan tersebut dapat memunculkan persepsi publik yang mengesankan seolah-olah kebijakan Gubernur Pramono Anung membuka sejumlah taman kota selama 24 jam, telah disalahgunakan oleh oknum tak bertanggungjawab.
“Padahal, kebijakan ini bertujuan mulia yaitu untuk mendorong interaksi sosial, mendukung aktivitas kreatif, serta menyediakan ruang publik yang sehat dan positif bagi warga Jakarta,” terangnya.
Sugiyanto mengaku telah menelusuri lokasi yang disebut-sebut sebagai tempat mesum, yakni spot di mana sepasang pria dan wanita yang terekam kamera, dinarasikan berbuat mesum di area Taman Langsat, Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dia menyebut, rekaman video dan foto pasangan sejoli tersebut kini beredar luas di media sosial dan beberapa media online.
Dalam pengamatannya, lanjut Sugiyanto, lokasi sepasang pria dan wanita itu yang terekam kamera, ternyata berada tepat di bawah lampu taman yang terang dan persis menghadap ke Jalan Barito II.
Menurutnya, dengan pencahayaan seterang itu dan letaknya yang terbuka, kecil kemungkinan seseorang nekat berbuat mesum ataupun melakukan tindakan tercela.
“Menurut analisis logis saya sangat kecil kemungkinan seseorang nekat melakukan tindakan asusila di sana, apalagi pada malam hari ketika lalulintas di sekitar Barito II masih cukup aktif,” bebernya.
“Fakta ini menimbulkan dugaan bahwa informasi yang beredar tidak disampaikan secara utuh,” sambungnya.